Bekal pelor menuju kapal besar

Written By Unknown on Rabu, 03 April 2013 | 11.24

MERDEKA.COM. Kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Paledang, Bogor, tidak kalah menyiksa. Seks menyimpang, siksaan, dan perlakuan semena-mena dari sipir bukan isapan jempol.

Boncel pun akhirnya terbang ke kapal besar (Paledang) bersama tahanan lain dari wilayah Depok. Setelah berbaris dan didata, Boncel dan rekan-rekan seangkatannya difoto untuk melengkapi berkas. Kemudian, dia bersama tahanan lain disuruh berjalan jongkok ambil kedua tangan diletakkan di belakang leher menuju sebuah ruangan. Di sana seorang sipir sudah menunggu.

Tanpa banyak tanya, sipir itu menyabetkan cambuk tali besi ke sekujur tubuh Boncel hingga nyaris seluruh badannya merah. Satu-satu mendapat jatah cambukan. "Gue jalan jongkok terus sampe pos akhir, terus dipecutin pake cambuk dari kawat besi,"ujar Boncel saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya kemarin.  

Itu baru permulaan. Sebelum masuk sel dihuni sekitar seratus orang, dua buser (orang kepercayaan kepala kamar tahanan) memeriksa Boncel, apakah dia membawa pelor atau tidak. Pelor adalah gulungan uang kertas dimasukkan ke dalam plastik, biasanya seukuran kuku. Biasanya, satu pelor berisi selembar Rp 50 ribu.

Sebenarnya, sipir juga sudah memalak Boncel, tapi dia lebih memilih memberikan uang keamanan itu kepada kepala kamar tahanan. Kalau tidak bawa, akibatnya sungguh fatal. Dia bakal terus-terusan disiksa.

Boncel sejatinya membawa tiga pelor, namun dia cuma memberi tahu dua. Satu pelor dia telan dan sisanya diselipkan ke dalam dubur. "Keluarinnya sambil jongkok, nanti ditunggu sama jongos kepala kamar untuk mengambil pelor sudah keluar," ujarnya. 

Selama dua pekan pertama, Boncel belum bisa tidur nyenyak. Meski sudah memberikan uang ngemel (uang suap) untuk tahanan baru, dia harus memejamkan mata sambil berjongkok. Bahkan setiap habis salat isya, dia dibangunkan untuk menjalani penyiksaan, berupa pemukulan oleh buser atau korpe (korban perasaan, sebutan buat jongos). Ujung-ujungnya, Boncel disuruh menelepon keluarganya meminta dijenguk sekaligus dibawakan uang. "Akhirnya keluarga gue datang bawa uang Rp 300 ribu, terus gue kasih ke buser. Gue cuma dikasih Rp 20 ribu buat beli kopi sama rokok."

Buser bertugas memantau tahanan lain, sedangkan jongos adalah tahanan paling lemah. Dia diwajibkan mencuci pakaian tahanan lain dan menyediakan makanan bagi kepala kamar. Dia juga harus membersihkan ruang sel. Sebagai balasan, jongos bebas dari siksaan dan memperoleh makanan dan rokok gratis.

Selepas itu, Boncel boleh tidur miring berimpitan bareng penghuni lainnya. Setelah dua bulan di sel penampungan, dia menjalani sisa hukumannya di blok narkotika.

Baca juga:
5 Terpidana ini melawan saat akan dieksekusi
Beredar video penganiayaan tahanan di Polres Maluku Tenggara
Cerita geng-gengan di penjara Salemba

Topik Pilihan:
polisi teladan | Penembakan Lapas | Soeharto | Jokowi ahok | Prostitusi

Sumber: Merdeka.com

Anda sedang membaca artikel tentang

Bekal pelor menuju kapal besar

Dengan url

http://kriminalitasheboh.blogspot.com/2013/04/bekal-pelor-menuju-kapal-besar.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Bekal pelor menuju kapal besar

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Bekal pelor menuju kapal besar

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger