Tirto Adhi Soerjo, perintis pers Indonesia orang komunis?

Written By Unknown on Senin, 11 Februari 2013 | 11.24

MERDEKA.COM. Mungkin tak ada orang yang lebih menghormati perintis pers pribumi RM Tirto Adhi Soerjo, selain sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Pram menuliskan biografi Tirto dalam buku 'Sang Pemula'.

Pramoedya juga menuliskan kisah hidup Tirto yang dikemas dalam bentuk novel yang dikenal dengan 'Tetralogi Buru'. Empat buku yang berjudul Bumi Manusia, Anak Segala Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca menceritakan seorang pria bernama Minke. Minke adalah panggilan untuk TAS alias Tirto Adhi Soerjo.

Berkat Pram, sosok Tirto mulai dikenal. Tapi karena Pram pula Orde Baru menganggap Tirto adalah seorang komunis. Pramoedya adalah tokoh Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang dicap sebagai organisasi sayap Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh Orde Baru. Pram juga sempat dibuang ke Pulau Buru sebagai tahanan politik.

Benarkah Tirto seorang komunis?

"Karena biografi Tirto ditulis Pramoedya maka dipukul rata saja oleh Orde Baru. Seolah-olah Tirto juga adalah seorang komunis. Apalagi Tetralogi tentang Tirto ditulis saat Pram berada di Pulau Buru," kata Iswara Noor Raditya Akbar penulis buku Karya-Karya Lengkap Tirto Adhi Soerjo: Pers Pergerakan dan Kebangsaan yang diterbitkan Indonesia Buku (2008).

Karena itu peran Tirto seolah tersisihkan dari sejarah.Pemerintah Indonesia baru memberikan gelar pahlawan Nasional pada tahun 2006. 100 Tahun setelah Tirto mendirikan surat kabar Medan Prijaji tahun 1906. Inilah surat kabar pertama yang dikelola pribumi dan berani mengkritisi pemerintah kolonial Belanda.

Sebelumnya Tahun 1973 pemerintahan Soeharto merasa cukup dengan memberikan gelar 'Perintis Pers Indonesia' pada Tirto.

Keluarga Tirto pun meyakini leluhur mereka bukan seorang komunis. Okky Tirto adalah keturunan Tirto yang menjadi wartawan, aktivis sekaligus pemerhati sejarah. Pada merdeka.com, dia membeberkan langkah politik Tirto.

"Paham komunis yang dibawa HFJ Sneevliet itu baru masuk sekitar tahun 1913. Sementara kalau kita lihat tahun 1913 itu Tirto sudah mengalami kemunduran. Koran-koran Tirto sudah dibredel semua dan dia dibuang ke Ambon. Jadi tentu Tirto bukan komunis, karena komunis baru muncul setelah karir politik Tirto berakhir," kata Okky.

Okky menilai Pram mengidolakan Tirto bukan karena Tirto seorang komunis. Tetapi lebih karena peran Tirto di awal kebangkitan nasional. Tirto adalah tokoh terpenting saat awal pergerakan nasional. Dia menjadikan pers sebagai bentuk perlawanan pada kolonialisme.

Secara sederhana ideologi yang digunakan Tirto adalah menyatukan semua golongan senasib. Semua dipersatukan sebagai kaum terjajah atau yang disebutnya bangsa yang terprentah. Sementara Tirto menyasar golongan menengah untuk bergerak. Dia perpendapat kelas menengah bisa mendorong perubahan.

Hal ini terlihat dari slogan surat kabar Medan Prijaji yang didirikannya. "Bagi raja-raja, bangsawan baik usul dan pikiran (kaum intelektual), priyayi, hingga saudagar yang dipersamakan dengan Anak Negeri di seluruh Hindia Belanda."

Tirto mendirikan organisasi modern pertama 'Sarikat Prijayi' tahun 1906. Dua tahun sebelum Boedi Utomo lahir tahun 1908. Sarikat Prijaji dinilai lebih mencerminkan nasionalisme karena menggunakan bahasa Melayu dan keanggotaannya bebas. Sementara Boedi Utomo berbahasa Jawa dan khusus untuk priyayi Jawa.

Sarikat Priyayi didirikan di Batavia. Organisasi awal ini bertujuan membantu para pelajar dengan menyediakan pemondokan, beasiswa dan buku-buku.

Tirto juga bergabung dengan Boedi Oetomo. Tapi dia tidak kerasan karena Boedi Oetomo lebih didominasi tokoh-tokoh tua yang tidak progresif.

Tahun 1909, Tirto mendirikan Sarikat Dagang Islamiyah (SDI). Perkumpulan ini dibuat untuk melawan monopoli pedagang China. Tirto menyebut anggota serikat ini 'Vrije Burgers' atau 'Kaum Mardika'. Mereka yang menggantungkan hidupnya bukan sebagai pegawai kolonial Hindia Belanda. Kaum Mardika ini beranggotakan masyarakat menengah yang bekerja sebagai pedagang dan petani.

Memang pada perkembangannya SDI berkembang menjadi Sarikat Islam. Kemudian beberapa tokoh Sarikat Islam terpengaruh komunis dan sehingga ada aliran SI perah dan SI putih. Tapi itu terjadi tahun 1919, saat Tirto sudah meninggal dan tak lagi mengurusi SDI sejak lama.

Tirto memang bukan komunis, tapi sejarawan Orde Baru tak pernah mengkajinya. Tanpa takaran yang jelas, enak saja cap komunis atau bukan komunis diberikan pada seseorang. Maka gelar pahlawan buat tokoh ini pun harus menunggu 100 tahun.

Sumber: Merdeka.com

Anda sedang membaca artikel tentang

Tirto Adhi Soerjo, perintis pers Indonesia orang komunis?

Dengan url

http://kriminalitasheboh.blogspot.com/2013/02/tirto-adhi-soerjo-perintis-pers.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Tirto Adhi Soerjo, perintis pers Indonesia orang komunis?

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Tirto Adhi Soerjo, perintis pers Indonesia orang komunis?

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger