TEMPO.CO , Jakarta:Ketua Divisi Pengawasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Muhammad Ihsan, menganggap konsep ranking bukan cara tepat dalam menilai kompetensi siswa. "Ranking bukanlah ukuran kepandaian siswa," kata Ihsan kepada Tempo seusai mengawasi pelaksanaan Ujian Nasional tahanan anak di Markas Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur, Rabu, 17 April 2013.
Setiap anak memiliki keunikan sendiri. Ranking-lah yang membuat kemampuan dan wawasan tertentu lebih baik daripada wawasan yang tidak populer. "Bagaimana anak yang berbakat seni atau olahraga? Ranking tidak mengakomodir siswa berbakat tertentu," kata dia.
Ihsan menilai ranking sebaiknya diubah secara diskriptif, disertai penjelasan atas kemampuan khusus dari para siswa. "Tidak hanya akademis, kecerdasan anak dinilai secara jamak atau menyeluruh alias Multiple Quotient."
KPAI menganggap pemerintah perlu memperhatikan masalah rangking ini. "KPAI sedang mengawal isu ini bersamaan dengan UN yang perlu dirombak," kata Ihsan.
Perubahan konsep rangking membuat anak didik nyaman dan menikmati proses pendidikan selama di sekolah. "Anak yang berbakat tertentu tidak merasa inferior (rendah diri) dari temannya yang mempunyai nilai tinggi di wilayah akademis."
ALI AKHMAD NOOR HIDAYAT
Topik Terhangat Tempo.co: Serangan Penjara Sleman || Kudeta || Krisis Bawang || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita Terkait
UN 2013 di Jakarta Masih Rawan Kecurangan
Ujian Nasional Tahun Ini Terburuk
Guru: Sistem Rayon Bisa Kurangi Kemacetan
Koalisi Pendidikan Dukung Rayonisasi Sekolah
Ahok Minta Sekolah Prioritaskan Orang Miskin
Anda sedang membaca artikel tentang
Ranking Bukan Cara Nilai Anak Didik
Dengan url
https://kriminalitasheboh.blogspot.com/2013/04/ranking-bukan-cara-nilai-anak-didik.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Ranking Bukan Cara Nilai Anak Didik
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Ranking Bukan Cara Nilai Anak Didik
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar