Keluarga Korban Cebongan Tak Percaya Mahmil

Written By Unknown on Rabu, 04 September 2013 | 11.25

TEMPO.CO, Yogyakarta- Keluarga korban penembakan tahanan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, mengaku  tidak mempercayai proses hukum dalam persidangan di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta. Mereka akan meminta bantuan komunitas internasional untuk meminta keadilan atas kasus itu.

"Keluarga tidak banyak berharap terhadap hasil persidangan," kata Victor Manbait, Selasa 3 September 2013. Victor Manbait adalah keluarga satu dari empat korban penembakan, Juan Manbait.  

"Ada banyak kejanggalan dalam proses persidangan," katanya. Kejanggalan itu, kata Victor, terjadi ketika di dalam persidangan dihadirkan saksi yang tidak berkaitan dengan perkara. Selain itu, dalam persidangan, majelis hakim sengaja menggiring opini korban penembakan sebagai preman. Sedangkan, pelaku sebagai kstaria.

Selain itu, Victor menyayangkan persidangan yang tidak menghadirkan mantan Kepala Kepolisian Daerah DIY dan mantan Panglima Kodam atau Pangdam. Padahal, keduanya mengetahui dengan baik proses pemindahan tahanan dari Polda DIY ke Lapas Cebongan.

“Persidangan mengabaikan rekontruksi utuh kasus itu,” kata dia.

Keluarga menurut Victor akan menempuh jalur internasional untuk menuntut kejahatan hak asasi manusia yang dilakukan anggota Korps Pasukan Khusus atau Kopassus di Lapas Cebongan. “Kami akan mencari keadilan lewat komunitas internasional,” kata Victor.

Ia juga mengatakan keluarga berpandangan aparat tidak berdaya menjaga proses persidangan dalam suasana yang aman dan tertib. Pengerahan milisi sipil, teror dan intimidasi dalam persidangan, kata dia, menggambarkan kegagalan aparat negara memberi rasa aman bagi semua orang. “Hukum dimainkan sesuka hati. Penegakan hukum di Indonesia hanya jadi slogan,” katanya.

Victor menyayangkan pelabelan preman terhadap keempat korban. Selain itu, penyebutan pelaku penembakan sebagai pahlawan sengaja dipertontonkan layaknya sebuah drama untuk menutupi proses pengadilan yang tidak fair di peradilan militer. “Mereka pembantai kok dipuji,” kata dia.

Ketua Paguyuban Flores, Sumba Timor, dan Alor (Flobamora), Hillarius Mero mengatakan upaya intimidasi terhadap persidangan bisa mempengaruhi keputusan majelis hakim.

Kondisi ini menggambarkan persidangan yang tidak fair karena penuh tekanan. “Saya menduga putusan majelis hakim nantinya tidak fair karena banyak tekanan,” katanya. Padahal, dalam persidangan semestinya majelis hakim berada pada situasi yang aman sehingga mereka bisa bekerja secara independen. Selain itu, aparat semestinya juga memberikan jaminan rasa aman untuk peserta persidangan.

 

Hillarius mendukung rencana keluarga korban yang akan menggunakan jalur internasional untuk menuntut keadilan. Keluarga bisa meminta bantuan melalui organisasi non-pemerintah yang fokus pada isu penegakan hak asasi manusia.

SHINTA MAHARANI

Berita Terpopuler:

Bos Lion Air: Kami Kecolongan di Bali 

Jaksa Selidiki Korupsi di Acara Anang-Ashanty

Tujuh Mitos dan Fakta Masturbasi 

Lion Air Delay, Alvin Adam Terpaksa Menginap

Megawati Kerap Ajak Jokowi Diskusi Masalah Bangsa 


Anda sedang membaca artikel tentang

Keluarga Korban Cebongan Tak Percaya Mahmil

Dengan url

http://kriminalitasheboh.blogspot.com/2013/09/keluarga-korban-cebongan-tak-percaya.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Keluarga Korban Cebongan Tak Percaya Mahmil

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Keluarga Korban Cebongan Tak Percaya Mahmil

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger