Anak dan Orangtua jadi Penyemangat Angie Lalui Masa Sulit

Written By Unknown on Jumat, 21 Desember 2012 | 11.24

ANGELINA Sondakh merasa dikorbankan secara politik sehingga harus dibui terkait kasus korupsi penganggaran proyek Kemenpora dan Kemendiknas.

Walau demikian, Angie tak ingin menceritakan sekelumit rahasia tentang apa yang dialaminya sehingga membuatnya harus ditahan.

"Saya sebenarnya tidak ingin membicarakan masa lalu. Apalagi kalau ketika saya membicarakan soal politik, itu seperti membuka luka yang selama ini saya coba jahit. Delapan bulan saya sudah menjahit luka itu. Saya berusaha untuk keringkan supaya tidak ada bekasnya lagi. Dan saya tidak ingin menuding, apa karena ini, apa karena itu," kata Angie kepada Tribunnews.com di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (20/12/2012).

Angie mengaku sangat sedih dan terpukul saat kembali melihat sejumlah foto momen indah saat dirinya meraih sejumlah prestasi gemilang mulai sekolah SD hingga menjadi Putri Indonesia 2001.

Foto-foto dan sejumlah piagam dan piala penghargaan itu dibawakan ayahnya ke dalam rutan, tempat Angie ditahan.

Namun, keindahan momen itu sirna saat dia masuk ke dunia politik pada 2004.

"Saya melihat lagi penghargaan saya, saya melihat foto piala-piala yang saya kumpulkan sejak usia lima tahun. Artinya, ketika bicara kasus ini, otomatis apa yang saya capai sebelum masuk politik pada 2004, saya harus berusaha lapangkan dada untuk dapat menerima bahwa itu adalah masa lalu saya," kata Angie.

Atas kasus yang menimpanya saat ini, Angie "kapok" kembali terjun ke dunia politik jika kelak bebas dari tahanan.

"Hikmahnya, bahwa tidak ada lagi keinginan saya untuk ngapa-ngapain lagi di dunia ini kecuali mengurusi anak-anak dan orangtua saya. Saya yakin soal rezeki Allah yang mengatur. Saya hanya ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk anak dan orangtua," ujarnya.

Menurut Angie, justru anak dan orangtuanya lah yang memberikannya semangat hidup dalam menjalani hari-hari "tidak mengenakkan" di balik tahanan.

Sementara, rekan-rekannya di partai maupun di DPR belum seorang yang pernah mengunjungi ke rutan.

"Karena sebelum saya terkena kasus, ketika saya di partai politik kan 70 persen waktu saya berikan untuk partai, untuk kegiatan politik. Hanya 30 persen waktu yang saya berikan kepada anak-anak saya. Tapi, ketika saya terkena kasus ini, ternyata yang saya beri 30 persen waktu itu justru itu memberikan 100 persen untuk saya. Mereka yang justru memberikan dukungan penuh," paparnya.

Ia mengelak disebut trauma kembali ke panggung politik kelak. "Bukan trauma, kemarin lebih kepada kita punya waktu berpolitik, sekarang mungkin Allah menarik saya sehingga memberikan waktu saya untuk keluarga. Tidak ada pikiran macam-macam. Saya juga malas nonton politik. Saya sekarang lebih fokus melukis dan menulis buku," ungkapnya.

Untuk menutup luka lama itu, Angie mengaku menghabiskan waktu dengan melukis dan menulis buku saat berada di dalam tahanan.
"Tapi saya juga sebisa mungkin berbagi dengan tahanan lain. Saya coba menutup luka. Kami juga latihan bernyanyi. Mudah-mudaan saya bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya karena kita berada di scop yang sama," ujarnya.

Angie juga sadar, kasus yang menimpanya secara tidak langsung telah mencoreng nama baik ayahnya yang seorang profesor. Ia tahu bahwa ayahnya terpukul akibat kasusnya itu.

"Saya bisa merasakan kesedihan hati ayah saya ketika kemarin dibawakan semua piagam penghargaan, pencapaian prestasi saya sejak umur lima tahun. Saya disekolahkan ayah saya ke luar negeri, di mana di Australia saya masih mendapatkan penghargaan-pnghargaan. Saya melihat piala juara saya mulai SD sampai akhirnya menjadi Putri Indonesia," ucap Angie dan kembali menitikkan air mata.

Lucky Sondakh, ayahnya adalah orang terpandang di Manado, Sulawesi Utara. Lucky seorang guru besar, profesor, dan mantan rektor Universitas Sam Ratulangie, Manado.

Dengan suara terisak, Angie mengatakan, "Saya merasakan lah, orangtua saya juga pasti merasakan kesedihan yang sama ketika, di rumah di Manado itu ada kamar yang isinya semua piala."

"Dengan kasus ini, saya yakin, Insya Allah orangtua saya bisa kuat, bisa menerima ini. Karena mereka tahu yang sesungguhnya dan sebenar-sebenarnya terjadi. Mereka punya latar belakang akademis, bisa memahami keadaan yang ada. Mereka tahu apa yang terjadi, tapi dalam situasi sekarang mereka tidak ingin berkomentar."

Menurut Angie, cemooh ataupun pembicaraan tidak mengenakkan tentang dirinya di masyarakat adalah bagian dari risiko berpolitik. "Tapi kan ini belum terbukti, soal hukum saya serahkan ke proses hukum," ujarnya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Anak dan Orangtua jadi Penyemangat Angie Lalui Masa Sulit

Dengan url

http://kriminalitasheboh.blogspot.com/2012/12/anak-dan-orangtua-jadi-penyemangat.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Anak dan Orangtua jadi Penyemangat Angie Lalui Masa Sulit

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Anak dan Orangtua jadi Penyemangat Angie Lalui Masa Sulit

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger